07 Juni 2013

Makalah Desinfeksi Tingkat Tinggi




OLEH :
Ade Lima Irawati
Afifa Cholifatul Aisyah
Anggraini Putri Wulan S.
Depi Khorinisa
Dessita Olivianti
Desy Indralia R.
Dina Karina Fitri
Filomena Nurni
Hamima Okwantari
Helen Mega Puspita
Ika Heavy Wijayanti

TULIP A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
D III KEBIDANAN
TA 2011/2012


 
BAB I


PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Desinfeksi merupakan pemusnahan mikroorganisme patogen yang tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. Tindakan ini juga untuk membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman ) yang dilakukan terhadap benda mati.
Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisasi, sterisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis . Apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan maka, Desinfeksi Tingkat tinggi (DDT) adalah salah satu satunya alternative untuk situasi tersebut . Desinfeksi tingkat tinggi dicapai dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Namun untuk peralatan perebusan seringkali digunakan.
Demikian makalah ini dibuat untuk mengantisipasi apabila sterilisasi tidak dapat dilakukan maka cara Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) sebagai gantinya.

1.2  RUMUSAN MASALAH

1.2.1        Apa pengertian dari Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)?
1.2.2        Sebutkan dan jelaskan cara-cara Desinfeksi!
1.2.3        Sebutkan syarat-syarat yang baik untuk pembuatan desinfektan?

1.3  TUJUAN

1.3.1        Untuk memahami pengertian dari Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
1.3.2        Untuk dapat menyebtkan serta menjelaskan cara-cara Desinfeksi
1.3.3        Untuk dapat menyebutkan syarat-syarat yang baik untuk pembuatan desinfektan.

BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN DESINFEKSI

                  Desinfeksi adalah proses penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen pada benda-benda yang ada, tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. Tindakan ini juga untuk membunuh organisme-organisme patogen yang dilakukan terhadap benda mati.
                  Di mana dalam proses disinfeksi dilakukan dengan menggunakan zat yang disebut Desinfektan. Desinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk mrmbunuh mikroba patogen pada benda-benda, misalnya : pada lantai ruangan, meja operasi, dan sebagainya.
                  Desinfektan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara , antara lain yaitu dengan cara pembersihan, sinar matahari, pendinginan, dan pemanasan.

2.2  CARA-CARA DESINFEKSI

a.       Pembersihan
            Pembersihan benda-benda atau permukaan tubuh akan mengurangi jumlah mikroba sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi, misalnya : cuci tangan dengan sabun dan dibelas dengan air sebelum melakukan operasi.
Mencuci tangan harus dengan sabun kemudian dibasahi dengan menggunakan alkhohol 70%. Cui luka khususnya luka kotor menggunakan betadine. Mencuci kulit atau jaringan tubuh yang akan di operasi dengan larutan iodium tinktur 3 %, kemudian dilanjutkan dengan alkohol.

b.      Sinar matahari
Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida. Dapat membunuh bakteri bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk membunuh bentuk spora waktunya harus lebih lama.
Sinar ultra violet juga digunakan untuk desinfeksi air , sterilisasi ruang bedah,dan ruang industri farmasi.Walaupun sinar ultraviolet sangat panas terhadap mikroba, tetapi daya tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan mikroba-mikroba yang terdapat pada permukaan saja.

c.       Pendinginan
Suhu randah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba terhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang mudah membusuk. Pada suhu -20 derajat C, mikroba tidak bisa merombak makanan sehingga tidak terjadi pembusukan.bakteri patogen mati pada suhu 0 derajat C, misalnya neisseria gonorrhoea, treponema pallida.

d.      Pemanasan
Pada umumnya bakteri bentuk vegetatif mati dalam waktu 5-10 menit pada suhu 65 derajat C. Sedangkan bentuk spora perlu waktu lebih lama.
Pemanasan dapat mematikan bakteri, karena menggumpalkan (koagulasi ) protoplasmanya (protein). Koagolasi protoplasma akan lebih cepat bila terdapat banyak air karena itu desinfeksi dengan uap air panas akan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan udara panas kering. Bentuk spora clostridium botilinum dengan uap air panas suhu 120 derajat C mati dalam waktu 10 menit. Sedangkan dengan udara panas kering suhu 120 derajat C mati dalam 120 menit.

e.       Pengeringan
Pengeringan dapat menyebabkan larutan disekeliling mikroba menjadi hipertonis, sehingga air keluar dari sel mikroba dan dapat menyebabkan mikroba mati. Gangguan tekanan osmotik akan diper hebat apabila ditambahkan garam dan bumbu seperti halnya pada pembuatan ikan asin dan bandeng. Karena dengan pengeringan ini dapat menyebabkan berhentinya pembunuhan dan perkembang biakan mikroba. 

f.       Menggunakan zat kimia
·         Alkohol
Ethyl alkohol merupakan desinfektan yang paling sering di pakai . Untuk desinfektin kulit digunakan kadar ethyl alkohol 70%. Daya kerjanya yaitu mengkoagulasikan protein dan menarik air sel.
·         Yodium
Merupakan germicida tertua. Namun kurang baik kelarutannya dalam air. Lebih baik kelarutannya dalam alkohol. Preparatnya adalah betadin yang banyak digunakan untuk membersihkan luka. Dan tindakan antiseptik pada kulit sebelum pembedahan.  Yodium merupakan baktericida yang paling kuat.
·         Preparat chlor
Banyak dipakai untuk desinfeksi air minum, misalnya kaporit. Daya kerjanya berdasarkan proses oksidasi.
·         Zat warna
Misalnya getianviolet, tertuma menghambat gram positif dan jamur. Zat warna lainnya misalnya acriflavin. Acriflavin digunakan untuk tindakan anti septik pada selaput lendir dan pengobatan luka. Daya kerja zat warna ini karena berkaitan dengan protein bakteri.
·         Sabun dan detergent sintetis
Sabun juga menyebabakan menurunnya tegangan permukaan, sehingga mikroba mudah terlepas dari kulit atau pakaian. Berbagai zat yang bersifat germicida sering di tambahkan dalam pembuatan sabun.
·         Aerosol
Aerosol adalah zat kimia sebagai anti mikrobial yang di semprotkan di udara sehingga membentuk butiran-butiran halus dan tetap tersuspensi dalam udara untuk waktu yang cukup lama. Di pergunakan untuk desinfeksi ruangan.

2.3  SYARAT-SYARAT UNTUK PEMBUATAN DESINFEKTAN

a.       Toxisitas yang tinggi terhadap mikroba. Kemampuan untuk membunuh mikroba adalah syarat utama germicida diharapkan mempunyai spectrum yang seluas-luasnya, walaupun dlam konsentrasi kecil.
b.      Kelarutannya tinggi, harus larut baik dalam air atau cairan jaringan agar daya kerjanya evektif.
c.       Stabilitasnya tinggi. Harus stabil sebab jika susunan kimianya berubah, maka akan berubah pula daya germicidanya.
d.      Tidak bertsifat toxis terhadap manusia dan binatang
e.       Homogen. Preparatnya harus homogeny, terbagi rata, walaupun bercampur dengan zat-zat lainnya.
f.       Tidak mudah membentuk ikatan kimia dengan zat organic lainnya, kecuali dengan zat organic yang ada didalam sel mikroba, sebab bila mudah berikatan dengan senyawa organic lain, maka konsentrasinya yang akan sampai ke mikroba akan berkurang.
g.      Bersifat toxis terhadap mikroba pada suhu kamar atau suhu badan yang sesuai dengan penggunaannya.
h.      Tidak bersifat korosif dan tidak memberi warna. Tidak menjadikan logam menjadi berkarat atau rusak.
i.        Tidak berbau yang mengganggu, kalau bisa berbau wangi
j.        Daya tembusnya tinggi. Diharapkan mempunyai daya tembus yang besar sehingga dapat mematikan mikroba yang terdapat dilapisan yang lebih dalam.
k.      Bersifat detergent atau membersihkan atau mencuci
l.        Harganya murah dan mudah dibuat.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
·         Desinfeksi adalah proses penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen pada benda-benda yang ada.
·         Cara-cara desinfeksi dapat dilakukan dengan cara pembersihan, sinar matahari, pendinginan, pemanasan, pengeringan dan penggunaan zat-zat kimia.
·         Syarat-syarat pembuatan desinfektan meliputi toxisitas, kelarutan, stabilitas, homogen, ikatan kimia, daya tembus, tidak bersifat korosif, dan tidak berbau.


DAFTAR PUSTAKA

Entjang, Indan (2003). Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti


http://carakarya.blogspot.com/2011/01/dtt-dan-sterilisasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar