OLEH
:
Ade Lima Irawati
Afifa
Cholifatul Aisyah
Anggraini Putri Wulan S.
Depi Khorinisa
Dessita
Olivianti
Desy Indralia R.
Dina Karina Fitri
Filomena Nurni
Hamima Okwantari
Helen Mega Puspita
Ika Heavy Wijayanti
TULIP
A
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
D
III KEBIDANAN
TA
2011/2012
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Desinfeksi
merupakan pemusnahan mikroorganisme patogen yang tanpa tindakan khusus untuk
mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. Tindakan ini juga untuk membunuh
organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman ) yang dilakukan terhadap
benda mati.
Meskipun
sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisasi,
sterisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis . Apabila
sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan maka, Desinfeksi Tingkat tinggi (DDT)
adalah salah satu satunya alternative untuk situasi tersebut . Desinfeksi
tingkat tinggi dicapai dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Namun
untuk peralatan perebusan seringkali digunakan.
Demikian
makalah ini dibuat untuk mengantisipasi apabila sterilisasi tidak dapat
dilakukan maka cara Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) sebagai gantinya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Apa pengertian dari Desinfeksi Tingkat
Tinggi (DTT)?
1.2.2
Sebutkan dan jelaskan cara-cara
Desinfeksi!
1.2.3
Sebutkan syarat-syarat yang baik untuk
pembuatan desinfektan?
1.3 TUJUAN
1.3.1
Untuk memahami pengertian dari
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
1.3.2
Untuk dapat menyebtkan serta menjelaskan
cara-cara Desinfeksi
1.3.3
Untuk dapat menyebutkan syarat-syarat
yang baik untuk pembuatan desinfektan.
BAB
II
ISI
2.1
PENGERTIAN DESINFEKSI
Desinfeksi adalah proses penghancuran dan
pemusnahan mikroorganisme patogen pada benda-benda yang ada, tanpa tindakan
khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. Tindakan ini juga
untuk membunuh organisme-organisme patogen yang dilakukan terhadap benda mati.
Di mana dalam proses disinfeksi dilakukan dengan
menggunakan zat yang disebut Desinfektan. Desinfektan adalah zat kimia yang
digunakan untuk mrmbunuh mikroba patogen pada benda-benda, misalnya : pada
lantai ruangan, meja operasi, dan sebagainya.
Desinfektan dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara , antara lain yaitu dengan cara pembersihan, sinar matahari,
pendinginan, dan pemanasan.
2.2 CARA-CARA DESINFEKSI
a. Pembersihan
Pembersihan benda-benda atau permukaan
tubuh akan mengurangi jumlah mikroba sehingga memperkecil kemungkinan
terjadinya infeksi, misalnya : cuci tangan dengan sabun dan dibelas dengan air
sebelum melakukan operasi.
Mencuci
tangan harus dengan sabun kemudian dibasahi dengan menggunakan alkhohol 70%.
Cui luka khususnya luka kotor menggunakan betadine. Mencuci kulit atau jaringan
tubuh yang akan di operasi dengan larutan iodium tinktur 3 %, kemudian
dilanjutkan dengan alkohol.
b. Sinar
matahari
Sinar
ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida. Dapat membunuh bakteri
bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk membunuh bentuk spora
waktunya harus lebih lama.
Sinar
ultra violet juga digunakan untuk desinfeksi air , sterilisasi ruang bedah,dan
ruang industri farmasi.Walaupun sinar ultraviolet sangat panas terhadap
mikroba, tetapi daya tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan
mikroba-mikroba yang terdapat pada permukaan saja.
c. Pendinginan
Suhu
randah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba terhenti. Cara ini
dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang mudah membusuk. Pada suhu -20
derajat C, mikroba tidak bisa merombak makanan sehingga tidak terjadi
pembusukan.bakteri patogen mati pada suhu 0 derajat C, misalnya neisseria
gonorrhoea, treponema pallida.
d. Pemanasan
Pada
umumnya bakteri bentuk vegetatif mati dalam waktu 5-10 menit pada suhu 65
derajat C. Sedangkan bentuk spora perlu waktu lebih lama.
Pemanasan
dapat mematikan bakteri, karena menggumpalkan (koagulasi ) protoplasmanya
(protein). Koagolasi protoplasma akan lebih cepat bila terdapat banyak air
karena itu desinfeksi dengan uap air panas akan lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan udara panas kering. Bentuk spora clostridium botilinum dengan uap
air panas suhu 120 derajat C mati dalam waktu 10 menit. Sedangkan dengan udara
panas kering suhu 120 derajat C mati dalam 120 menit.
e. Pengeringan
Pengeringan
dapat menyebabkan larutan disekeliling mikroba menjadi hipertonis, sehingga air
keluar dari sel mikroba dan dapat menyebabkan mikroba mati. Gangguan tekanan
osmotik akan diper hebat apabila ditambahkan garam dan bumbu seperti halnya
pada pembuatan ikan asin dan bandeng. Karena dengan pengeringan ini dapat
menyebabkan berhentinya pembunuhan dan perkembang biakan mikroba.
f. Menggunakan
zat kimia
·
Alkohol
Ethyl alkohol merupakan
desinfektan yang paling sering di pakai . Untuk desinfektin kulit digunakan
kadar ethyl alkohol 70%. Daya kerjanya yaitu mengkoagulasikan protein dan
menarik air sel.
·
Yodium
Merupakan germicida
tertua. Namun kurang baik kelarutannya dalam air. Lebih baik kelarutannya dalam
alkohol. Preparatnya adalah betadin yang banyak digunakan untuk membersihkan
luka. Dan tindakan antiseptik pada kulit sebelum pembedahan. Yodium merupakan baktericida yang paling
kuat.
·
Preparat chlor
Banyak dipakai untuk
desinfeksi air minum, misalnya kaporit. Daya kerjanya berdasarkan proses
oksidasi.
·
Zat warna
Misalnya getianviolet,
tertuma menghambat gram positif dan jamur. Zat warna lainnya misalnya
acriflavin. Acriflavin digunakan untuk tindakan anti septik pada selaput lendir
dan pengobatan luka. Daya kerja zat warna ini karena berkaitan dengan protein
bakteri.
·
Sabun dan detergent sintetis
Sabun juga menyebabakan
menurunnya tegangan permukaan, sehingga mikroba mudah terlepas dari kulit atau
pakaian. Berbagai zat yang bersifat germicida sering di tambahkan dalam
pembuatan sabun.
·
Aerosol
Aerosol adalah zat
kimia sebagai anti mikrobial yang di semprotkan di udara sehingga membentuk
butiran-butiran halus dan tetap tersuspensi dalam udara untuk waktu yang cukup
lama. Di pergunakan untuk desinfeksi ruangan.
2.3 SYARAT-SYARAT UNTUK PEMBUATAN
DESINFEKTAN
a.
Toxisitas
yang tinggi terhadap mikroba. Kemampuan untuk membunuh mikroba adalah syarat
utama germicida diharapkan mempunyai spectrum yang seluas-luasnya, walaupun
dlam konsentrasi kecil.
b.
Kelarutannya
tinggi, harus larut baik dalam air atau cairan jaringan agar daya kerjanya
evektif.
c.
Stabilitasnya
tinggi. Harus stabil sebab jika susunan kimianya berubah, maka akan berubah
pula daya germicidanya.
d.
Tidak
bertsifat toxis terhadap manusia dan binatang
e.
Homogen.
Preparatnya harus homogeny, terbagi rata, walaupun bercampur dengan zat-zat
lainnya.
f.
Tidak
mudah membentuk ikatan kimia dengan zat organic lainnya, kecuali dengan zat
organic yang ada didalam sel mikroba, sebab bila mudah berikatan dengan senyawa
organic lain, maka konsentrasinya yang akan sampai ke mikroba akan berkurang.
g.
Bersifat
toxis terhadap mikroba pada suhu kamar atau suhu badan yang sesuai dengan
penggunaannya.
h.
Tidak
bersifat korosif dan tidak memberi warna. Tidak menjadikan logam menjadi
berkarat atau rusak.
i.
Tidak
berbau yang mengganggu, kalau bisa berbau wangi
j.
Daya
tembusnya tinggi. Diharapkan mempunyai daya tembus yang besar sehingga dapat
mematikan mikroba yang terdapat dilapisan yang lebih dalam.
k.
Bersifat
detergent atau membersihkan atau mencuci
l.
Harganya
murah dan mudah dibuat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
·
Desinfeksi adalah proses penghancuran
dan pemusnahan mikroorganisme patogen pada benda-benda yang ada.
·
Cara-cara
desinfeksi dapat dilakukan dengan cara pembersihan, sinar matahari,
pendinginan, pemanasan, pengeringan dan penggunaan zat-zat kimia.
·
Syarat-syarat
pembuatan desinfektan meliputi toxisitas, kelarutan, stabilitas, homogen,
ikatan kimia, daya tembus, tidak bersifat korosif, dan tidak berbau.
DAFTAR
PUSTAKA
Entjang,
Indan (2003). Mikrobiologi dan
Parasitologi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar