02 Mei 2013

SISTEM REPRODUKSI PRIA



SISTEM REPRODUKSI PADA PRIA

http://gurungeblog.files.wordpress.com/2008/11/anatomi_pria.jpg?w=300&h=240
Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
*      Organ Reproduksi Dalam
1.         Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
2.       Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
3.     Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
4.     Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
5.     Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
6.     Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
7.     Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
8.     Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.

9.     Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
10.            Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).

*  Organ Reproduksi Luar
1.      Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
2.      Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
*      Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid.
Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.

*      Hormon pada Pria
Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.
1.     Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
2.     LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron
3.     FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
4.     Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
5.     Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

*  Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
1.     Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.
2.     Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
3.     Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.

4.     Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.
5.     Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
6.     Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
7.     Sifilis
Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri. Tanda-tanda sifilis, antara lain terjadinya luka pada alat kelamin, rektum, lidah, dan bibir; pembengkakan getah bening pada bagian paha; bercak-bercak di seluruh tubuh; tulang dan sendi terasa nyeri ruam pada tubuh, khususnya tangan dan telapak kaki.
Sifilis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau hubungan badaniah yang intim (ciuman), transfusi darah, penularan oleh ibu pada janin melalui plasenta. Gejala awal penyakit ini adalah borok pada tempat masuknya bakteri ke dalam tubuh, biasanya pada daerah sekitar kelamin. Penyakit ini dapat menyebar dan menyerang organ-organ tubuh lainnya, kemudian menimbulkan kerusakan pada organ tersebut.
Tanda-tanda penyakit ini dapat hilang, namun bakteri penyebab penyakit tetap masih di dalam tubuh, setelah beberapa tahun dapat menyerang otak sehingga bisa mengakibatkan kebutaan dan gila. Penyakit ini dapat disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan penggunaan antibiotik secara cepat.


8.     Gonore (kencing nanah)
Gonore (kencing nanah) disebabkan oleh bakteri. Gejala dari gonore, antara lain keluarnya cairan seperti nanah dari saluran kelamin; rasa panas dan sering kencing. Bakteri penyebab penyakit ini dapat menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada persendian dan dapat mengakibatkan kemandulan.
Gonorhoea adalah penyakit infeksi yang menyerang pada alat kelamin (genitalia). Penyaki ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Gejala penyakit ini adalah rasa sakit dan keluar nanah pada saat kencing, serta keputihan berwarna kuning hijau pada wanita. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual.Bayi juga dapat tertular penyakit ini melalui proses persalinan. Penyakit ini dapat menyebabkan kebuataan pada bayi yang baru lahir. Penyakit ini dapat disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan penggunaan antibiotik secara cepat.
9.      Herpes Genetalis
Herpes genetalis disebabkan oleh virus. Virus penyebab penyakit herpes genetalis adalah Herpes simpleks. Gejala penyakit herpes genetalis, antara lain timbulnya rasa gatal atau sakit pada daerah kelamin dan adanya luka yang terbuka atau lepuhan berair.
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simplex tipe II, yang menyerang kulit di daerah genitalia luar, anus, dan vagina. Gejala penyakit ini berupa gatal-gatal, pedih, dan kemerahan pada kulit di daerah kelamin. Pada daerah tersebut kemudian timbul beberapa lepuh kecil-kecil, selanjutnya lepuh menjadi pecah dan menimbulkan luka.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat pula ditularkan oleh ibu hamil kepada janinnya. Penyakit herpes sulit sekali sembuh dan sering kambuh setelah beberapa bulan/tahun.




DISFUNGSI SEKSUAL PRIA

*  Definisi
Pada laki-laki, disfungsi seksual mengacu kepada kesulitan terlibat dalam hubungan seks. Disfungsi seksual meliputi berbagai gangguan yang mempengaruhi gairah seks (libido), kemampuan untuk mencapai atau menjaga ereksi (disfungsi ereksi, atau impoten), ejakulasi, dan kemampuan untuk mencapi orgasme.
Disfungsi ereksi bisa diakibatkan dari baik faktor fisik atau psikologi. Banyak masalah seks diakibatkan dari kombinasi faktor fisik dan psikologi. Masalah fisik bisa menyebabkan masalah psikologi (seperti gelisah, takut, atau stress), yang bisa menjadi masalah fisik yang menjengkelkan. Para pria kadangkala menekan dirinya sendiri atau merasa tertekan oleh pasangannya untuk melakukan seks dengan baik dan menjadi terganggu ketika tidak dapat melakukannya (menunjukkan kecemasan). Menunjukkan kecemasan bisa jadi menyusahkan dan tambah memperburuk kemampuan laki-laki untuk menikmati hubungan seks.
Disfungsi ereksi adalah disfungsi seksual paling sering terjadi pada pria. Penurunan libido juga mempengaruhi beberapa pria. Masalah dengan ejakulasi termasuk ejakulasi yang tidak terkendali sebelum atau segera setelah penetrasi vagina (ejakulasi premature), ejakulasi di dalam kandung kemih (ejakulasi retrograde), dan ketidakmampuan untuk ejakulasi (anejaculation).

*  Fungsi Seksual Normal
Fungsi seksual normal adalah interaksi kompleks meliputi baik pikiran (pikiran, ingatan, dan emosi) dan tubuh. Saraf, sirkulasi, dan sistem kelenjar endokrin (hormonal) seluruhnya berinteraksi dengan pikiran untuk menghasilkan reaksi seks. Kelembutan dan keseimbangan saling mempengaruhi di antara seluruh bagian sistem saraf yang mengendalikan reaksi seks pada pria.
Hasrat (juga disebut gairah seks atau libido) adalah keinginan untuk terlibat di dalam aktifitas seks. Hal itu kemungkinan dipicu oleh pikiran, perkataan, penglihatan, penciuman, atau sentuhan. Hasrat menyebabkan siklus tahap awal pada reaksi seks, terangsang.
Terangsang adalah hasrat seks yang timbul. Selama terangsang, otak mengirimkan sinyal saraf melalui tulang belakang menuju penis. Arteri mensuplai darah menuju jaringan ereksi (corpora cavernosa dan corpus spongiosum) bereaksi dengan pelebaran (dilating). Arteri yang membesar secara dramatis meningkatkan aliran darah menuju daerah ini, dimana menjadi penuh dengan darah dan meluas. Otot lebih ketat di sekitar vena yang secara normal menahan darah dari penis, memperlambat aliran darah dan meningkatkan tekanan darah pada penis. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan penis bertambah dalam panjang dan diameternya, menghasilkan ereksi. Juga, tegangan otot meningkat di seluruh tubuh.
Pada tahap plateau, rangsangan dan otot bertahan atau lebih intensif. Orgasme adalah puncak atau klimaks pada rangsangan seks. Ketika orgasme, otot menegang di seluruh tubuh lebih meningkat. Pria tersebut mengalami kontraksi pada otot panggul diikuti pelepasan otot yang tegang. Semen biasanya, tetapi tidak selalu, diejakulasi dari penis. Ejakulasi terjadi ketika saraf merangsang kontraksi otot di dalam organ reproduksi pria seperti seminal vesicle, prostat, dan pembuluh pada epididimid dan vas deferens. Kontraksi ini mendorong semen ke dalam urethra. Kontraksi pada otot di sekitar urethra lebih lanjut menggerakkan semen melalui dan keluar dari penis. Leher kantung juga menegang untuk menjaga semen mengalir kembali menuju kantung.
Meskipun ejakulasi dan orgasme seringkali terjadi hampir serempak, peristiwanya beda. Ejakulasi bisa terjadi tanpa orgasme. Juga, orgasme bisa terjadi tanpa ejakulasi, khususnya sebelum pubertas, atau dengan menggunakan obat-obatan tertentu (seperti beberapa antidepresan) atau setelah operasi (seperti pengangkatan kelenjar prostat). Kebanyakan pria mendapatkan orgasme sebagai kenikmatan yang tinggi.
Pada resolusi, seorang pria kembali dalam keadaan tidak bangun. Sekali ejakulasi terjadi atau orgasme terjadi, arteri penile mengkerut dan pembuluh relaks, mengurangi aliran darah, meningkatkan aliran darah keluar dan menyebabkan penis menjadi lemas (detumescence). Setelah orgasme, ereksi tidak bisa diperoleh untuk suatu jangka waktu (periode refractory), sering selama 20 menit atau kurang pada pria muda tetapi lebih lama pada pria yang lebih tua. Waktu diantara ereksi biasanya meningkat sesuai usia pria.

*  Penyebab-penyebab psikologi pada disfungsi seksual
*      Marah dengan pasangan.
*      Gelisah.
*      Depresi.
*      Berselisih atau bosan dengan pasangan.
*      Takut menghamili, bergantung kepada orang lain, atau kehilangan kendali.
*      Cuek dari kegiatan seks atau pada pasangan.
*      Merasa bersalah.
*      Terhalang atau terganggu mengenai tingkah laku seks.
*      Cemas (khawatir mengenai performa selama hubungan).
*      Mengalami trauma seks sebelumnya (misal, diperkosa, hubungan sedarah, kekerasan seks, atau disfungsi seks sebelumnya).

*  Aktivitas Seksual Pria
Kegiatan seks biasanya sedikit membebani daripada kegiatan fisik berat dan menengah oleh karena itu biasanya aman untuk pria dengan penyakit jantung. Meskipun resiko serangan jantung tinggi selama kegiatan seks dibandingkan selama istirahat, resiko masih sangat rendah sepanjang aktivitas seks.
Juga, pria yang aktif secara seksual dengan penyakit pada jantung dan sistem cardiovascular (termasuk angina, tekanan darah tinggi, gagal jantung, irama jantung yang tidak normal, dan penyumbatan pada klep aortic (aortic stenosis)) membutuhkan konsultasi dengan dokter mereka. Biasanya, aktivitas seks adalah aman jika penyakit ringan, jika penyebabnya hanya beberapa gejala, dan jika tekanan darah normal. Jika penyakit dalam tingkat menengah keparahan atau jika pria memiliki kondisi lain yang membuat serangan jantung terjadi, pemeriksaan kemungkinan diperlukan untuk memastikan seberapa aman kegiatan seks tersebut.
Jika penyakitnya parah atau jika pria tersebut memiliki pembesaran jantung yang menyumbat aliran darah meninggalkan ventrikel sebelah kiri (obstructive cardiomyopathy), kegiatan seks harus ditunda sampai setelah pengobatan mengurangi keparahan pada gejala-gejala. Aktivitas seks harus ditunda sampai setidaknya 2 sampai 6 minggu setelah serangan jantung.
Penggunaan sildenafil, vardenafil, dan tadalafil kemungkinan berbahaya pada pria yang menggunakan nitrogliserin, seharusnya tidak menggunakan obat-obatan ini.
Paling sering, pemeriksaan untuk memastikan keamanan pada kegiatan seks meliputi memantau jantung sebagai tanda suplai darah yang kurang ketika orang tersebut berolahraga atau di atas treadmill. Jika suplai darah tercukupi selama olahraga, serangan jantung selama aktifitas seks sangat tidak mungkin sekali.

Anda perlu tahu ....
*       Disfungsi seksual bisa mempengaruhi dorongan seks atau kemampuan untuk mengalami ereksi, untuk ejakulasi, atau mengalami orgasme.
*       Seberapa besar disfungsi seksual berhubungan dengan faktor fisik dan seberapa besar berhubungan dengan faktor psikologi bisa jadi sulit atau mustahil untuk dibedakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar