ANATOMI
FISIOLOGI
Sistem
Endokrin
OLEH :
Agy
Avisha Angga Vita
Ajeng
Kusuma W.
Anggraini
Putri Wulan Sari
Arika
Wahyu Rismawati
Dina
Febrianti
Dwi
Suprapti
TULIP A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KENDEDES MALANG
D III KEBIDANAN
TA 2011/2012
SOAL:
1.
Sebutkan dan jelaskan cara kerja hormon
oksitosin !
2.
Sebutkan dan jelaskan hormon steroid !
3.
Sebutkan dan jelaskan klasifikasi hormon
dan contoh !
4.
Klasifikasikan aktifitas biologis dan
efek steroid seks !
5.
Sebutkan macam-macam kelenjar endokrin
dan fungsi utama dalam sistem endokrin !
JAWABAN:
1) Oksitosin
adalah hormon yang bertanggungjawab untuk merangsang kontraksi pada rahim saat
proses persalinan. Bagi perempuan yang mengalami kontraksi lambar, tetesan
oksitosin dapat digunakan untuk membantu kontraksi lebih kuat dan teratur.
Selain itu, hormone oksitosin juga memainkan peranan penting saat setelah
proses melahirkan. Yakni, merangsang rahim berkontraksi lagi untuk mengeluarkan
plasenta.
Pelepasan hormon oksitosin berlangsung secara alami,
namun terdapat suatu cara untuk mendorongnya lebih cepat. Diantaranya, melalui
proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Meletakkan bayi di atas perut ibu, agar
bayi mencari payudara ibunya sendiri, dapat merangsang pelepasan oksitosin.
Sehingga, wanita disarankan untuk melakukannya secepat mungkin setelah
melahirkan, untuk membantu keluarnya plasenta. Jika plasenta gagal keluar, ibu
akan diberikan hormon sintetis yang mereplikasi efek oksitosin untuk membantu
rahim berkontraksi.
Oksitosin juga memainkan peranan penting di
luar proses melahirkan. Setiap kali menyusui, ibu akan melepaskan hormone
oksitosin yang menyebabkan ibu mengeluarkan putting susu ke mulut bayi. Hal
ini, akan membantu rahim menciut dan kembali ke ukuran normal.
Bersama dengan faktor-faktor
lainnya, oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan
ejeksi ASI.
v Oksitosin bekerja pada reseptor
oksitosik untuk menyebabkan:
• kontraksi uterus pada kehamilan
aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos maupun lewat
peningkatan produksi prostaglandin;
• kontraksi pembuluh darah umbilikus;
• kontraksi sel-sel mioepitel (refleks ejeksi ASI)
• kontraksi pembuluh darah umbilikus;
• kontraksi sel-sel mioepitel (refleks ejeksi ASI)
v Oksitosin bekerja pada reseptor
hormon antidiuretik (ADH). untuk menyebabkan:
• peningkatan atau penurunan yang
mendadak pada tekanan darah (khususnya diastolik) karena terjadinya
vasodilatasi;
• retensi air.
• Catatan: Oksitosin dan hormon antidiuretik memiliki rumus bangun yang sangat mirip sehingga menjelaskan mengapa fungsi kedua substansi ini sating tumpang-tindih.
• retensi air.
• Catatan: Oksitosin dan hormon antidiuretik memiliki rumus bangun yang sangat mirip sehingga menjelaskan mengapa fungsi kedua substansi ini sating tumpang-tindih.
Kerja
oksitosin yang lain meliputi: kontraksi tuba uterina (Falopii) untuk membantu
pengangkutan sperma; luteolisis (involusi korpus luteum); peranan
neurotransmiter yang lain dalam sistem saraf pusat. Oksitosin disintesis di
dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Mulai dari usia
kehamilan 32 minggu dan selanjutriya, konsentrasi oksitosin—dan demikian pula
aktivitas uterus—akan lebih tinggi pada malam harinya (Hirst et al, 1993).
·
Pelepasan
oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:
• persalinan. (Pelepasan endogenus
oksitosin bersifat pulsatil. Kontrol umpan-balik yang positif dari persalinan
akan mencapai puncaknya pada saat terjadi gelombang pelepasan oksitosin.
• stimulasi serviks, vagina atau payudara;
• estrogen yang beredar dalam darah;
• peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma;
• volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah,
• stres. Stres dalam persalinan dapat memicu partus presipitatus yang dikenal dengan istilah ‘refleks ejeksi fetus.’ Stres yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi produksi ASI.
• stimulasi serviks, vagina atau payudara;
• estrogen yang beredar dalam darah;
• peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma;
• volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah,
• stres. Stres dalam persalinan dapat memicu partus presipitatus yang dikenal dengan istilah ‘refleks ejeksi fetus.’ Stres yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi produksi ASI.
·
Pelepasan
oksitosin disupresi oleh:
• alkohol. (Hal ini dapat mengganggu awal pemberian ASI);
• relaksin;
• penurunan osmolalitas (konsentrasi) plasma;
• volume cairan yang tinggi datum sirkulasi darah (Graves, 1996).
• relaksin;
• penurunan osmolalitas (konsentrasi) plasma;
• volume cairan yang tinggi datum sirkulasi darah (Graves, 1996).
·
Mekanisme
kerja Oksitosin, berada pada:
a.
Pada otot polos uterus.
Mekanisme
kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan
menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis
farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses
persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin
Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah
berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada
didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya.
Kehamilan akan berlangsung dengan
jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing-masing
spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum
diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti.
Estrogen dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua
hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa
katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan.
Karena oksitosin merangsang
kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan,
tetapi tidak akan memulai persalinan kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam
uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm
dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada
kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses
persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang
menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor
mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin
merupakan hal penting.
b. Pada kelenjar mammae
Fungsi
fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah
merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik
ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan
terjadinya ejeksi ASI.
Reseptor membran untuk oksitosin
ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini
bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone.
Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar
progester6n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan
awal laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim digunakan untuk
menghambat laktasi postpartum pada manusia.
c. Pada ginjal
ADH dan
oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya.
Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai
waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin
mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana
diperlihatkan dibawah ini:
Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn-
Cys-Pro-Arg-Gly-NH2
: Arginin Vasopresin
Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn-
Cys-Pro-Lys
-Gly-NH2 : Lisin Vasopresin
Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn-
Cys-Pro-Arg-Gly-NH2
: Oksitosin
Masing-masing hormon ini
merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 1
dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan S—S. Sebagian besar binatang menpunyai Arginin
Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait,
mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan structural
yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing
memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih.
Salah satu efek penting yang
tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan
oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan jelas
bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti
diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air,
apabila diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan
mengakibatkan produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40
miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama
apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume yang
besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau pemberian
oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama
maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah
cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian
oksitosin intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan.
Pemberian oksitosin im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan
anti diuresis tetapi kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak
desertakan pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan
hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan
mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. Peptida ini terutama
dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH menyebabkan hilangnya sebagian
hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah.
Gugus kimia yang penting bagi
kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal
–amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada aspa-ragin,
glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau
subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai
contoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu
sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika
empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika hormon
oksitosin.
d. Pada pembuluh
darah
Oksitosin bekerja pada reseptor
hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya
diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan
adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada
wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin secara intravena kemudian segera
diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa
perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya
sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang
membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas
dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan
secara intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer,
dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular.
2) MEKANISME
KERJA STEROID
Hormon steroid bekerja melalui satu mekanisme dasar
: penyatuan hasil sintesis protein yang baru diinduksi oleh hormon steroid
dengan sel target.
Setelah hormon steroid di sekresi oleh kelenjar
endokrin, 95 - 98% akan berada dalam sirkulasi atau terikat dengan protein
transpor yang spesifik. 2 – 5% sisanya bebas berdifusi ke dalam semua sel.
Setelah berada dalam sel, steroid hanya dapat menghasilkan respon dalam sel
yang memiliki reseptor intraseluler yang spesifik untuk hormon yang
bersangkutan. Ikatan antara hormon dengan reseptor yang spesifik merupakan
kunci untuk kerja hormon pada jaringan target. Dengan demikian maka :
- Reseptor estrogen dapat ditemukan dalam otak dan sel target spesifik untuk reproduksi wanita seperti uterus dan payudara.
- Folikel rambut pada wajah, jaringan erektil pada penis mengandung reseptor androgen
- Reseptor glukokortikoid dijumpai pada semua sel oleh karena glukokortikoid diperlukan untuk mengatur fungsi umum seperti metabolisme dan stres.
Semua
anggauta kelompok utama steroid seks (androgen, progestin dan estrogen)
bekerja melalui rangkaian kerja serupa untuk menghasilkan respon seluler berupa
:
- Pemindahan steroid ke dalam nukleus
- Pengikatan intra nuklear
- Mengaktivasi reseptor dari bentuk tidak aktif menjadi aktif
- Pengikatan kompleks reseptor-steroid ke elemen regulator dalam DNA (desoksiribunukleic acid)
- Transkripsi dan sintesis messenger asam ribonukleat (mRNA) yang baru
- Translasi mRNA dengan sintesis protein baru dalam sel.
Mekanisme
kerja glukokortikoid dan mineralokortikoid berbeda dengan mekanisme kerja
steroid seks. Keduanya terikat pada reseptor dalam sitoplasma sel. Kompleks
reseptor-hormon secara berturutan dipindahkan ke nukleus dan akan berikatan
dengan DNA.
AGONIS
dan ANTAGONIS
Potensi hormon
steroid tergantung pada :
- Kombinasi antara afinitas reseptor dengan hormon atau obat tertentu
- Afinitas kompleks hormon-reseptor terhadap SRE-steroid reseptor element
- Efisiensi kompleks hormon-reseptor yang sudah aktif dalam mengatur transkripsi gen.
Molekul
dengan afinitas tinggi terhadap reseptor dan yang kompleks hormon-reseptornya
memiliki afinitas tinggi untuk SRE akan bekerja sebagai AGONIS terhadap senyawa induknya.
Molekul lain dengan afinitas tinggi terhadap reseptor, namun ikatan antara kompleks hormon-reseptor dengan SRE kurang efisien akan bekerja secara ANTAGONIS dengan senyawa induknya.
Tamoksifen adalah senyawa dengan campuran sifat agonis dan antagonis.
Tamoksifen adalah antiestrogen yang bekerja secara antagonis kuat terhadap reseptor estrogen pada payudara dan agonis pada uterus dan tulang.
Klomifen sitrat dapat digunakan untuk meng induksi ovulasi. Interaksi klomifen sitrat dengan reseptor estrogen hipofisis dan hipotalamus akan menghasilkan pengikatan reseptor tanpa disertai dengan stimulasi lanjutan yang efisien dari transkripsi gen yang berhubungan dengan estrogen. Hipotalamus mengenali keadaan ini sebagai keadaan hipoestrogen sehingga frekuensi denyut GnRH meningkat. Produksi FSH hipofisis akan di stimulasi dan menyebabkan meningkatkan kadar estrogen ovarium. Estrogen tersebut akan bekerja secara lokal untuk rekruitmen folikel ovarium agar ber ovulasi. Saat klomifen dihentikan, reseptor estrogen di hipotalamus siap berikatan kembali dengan estrogen dan memberikan respon SRE yang sesuai.
Hipotalamus dapat merespon secara normal terhadap kadar estrogen yang tinggi dalam sirkulasi serta lonjakan LH sehingga terjadi ovulasi.
Molekul lain dengan afinitas tinggi terhadap reseptor, namun ikatan antara kompleks hormon-reseptor dengan SRE kurang efisien akan bekerja secara ANTAGONIS dengan senyawa induknya.
Tamoksifen adalah senyawa dengan campuran sifat agonis dan antagonis.
Tamoksifen adalah antiestrogen yang bekerja secara antagonis kuat terhadap reseptor estrogen pada payudara dan agonis pada uterus dan tulang.
Klomifen sitrat dapat digunakan untuk meng induksi ovulasi. Interaksi klomifen sitrat dengan reseptor estrogen hipofisis dan hipotalamus akan menghasilkan pengikatan reseptor tanpa disertai dengan stimulasi lanjutan yang efisien dari transkripsi gen yang berhubungan dengan estrogen. Hipotalamus mengenali keadaan ini sebagai keadaan hipoestrogen sehingga frekuensi denyut GnRH meningkat. Produksi FSH hipofisis akan di stimulasi dan menyebabkan meningkatkan kadar estrogen ovarium. Estrogen tersebut akan bekerja secara lokal untuk rekruitmen folikel ovarium agar ber ovulasi. Saat klomifen dihentikan, reseptor estrogen di hipotalamus siap berikatan kembali dengan estrogen dan memberikan respon SRE yang sesuai.
Hipotalamus dapat merespon secara normal terhadap kadar estrogen yang tinggi dalam sirkulasi serta lonjakan LH sehingga terjadi ovulasi.
HORMON
STEROID DALAM SIRKULASI
Hormon
steroid dalam sirkulasi berada dalam bentuk ikatan dengan protein yang
spesifik. Hormon yang terikat oleh protein tidak menembus membran plasma sel.
Hampir 70% testosteron dan estradiol dalam sirkulasi terikat dengan globulin β
yang dikenal sebagai SHBG-sex
hormon – binding globulin. 30% berada dalam ikatan yang longgar dengan
albumin dan sebagian kecil ( 1 – 2 % ) dalam keadaan bebas dan dapat masuk
kedalam sel.
Sintesis SHBG akan meningkat pada kehamilan, hiperestrogenemia dan hipertiroidisme. Androgen, progestin, hormon pertumbuhan dan kortikoid akan menurunkan sintesa SHBG.
Perubahan konsentrasi SHBG akan mempengaruhi jumlah steroid dalam sirkulasi yang bebas dan tidak terikat sehingga mempengaruhi kerja biologis steroid dengan mengubah jumlah steroid yang bebas masuk kedalam sel.
Sintesis SHBG akan meningkat pada kehamilan, hiperestrogenemia dan hipertiroidisme. Androgen, progestin, hormon pertumbuhan dan kortikoid akan menurunkan sintesa SHBG.
Perubahan konsentrasi SHBG akan mempengaruhi jumlah steroid dalam sirkulasi yang bebas dan tidak terikat sehingga mempengaruhi kerja biologis steroid dengan mengubah jumlah steroid yang bebas masuk kedalam sel.
METABOLISME
STEROID
Kecuali
progestin, androgen adalah prekursor obligat dari semua hormon steroid sehingga
androgen dibuat di seluruh jaringan penghasil steroid termasuk testis, ovarium
dan kelenjar adrenal. Androgen utama dalam sirkulasi pada pria adalah
testosteron yang diproduksi testis. Kerja hormonal androgen dihasilkan secara
langsung melalui pengikatan ke reseptor androgen atau secara tidak langsung
setelah konversi menjadi DHT-dihydrotestosteron dalam jaringan target.
Testosteron berkeja pada saluran genitalia interna janin laki laki dan otot
untuk memacu pertumbuhan. Pada pria dewasa, DHT bekerja secara lokal untuk
mempertahankan maskulinisasi genitalia eksterna dan cic seksual sekunder
seperti rambut wajah dan pubis.
Jenis androgen lain pada pria adalah : androstenedione, androstenediol, dehidroepiandrosterone (DHEA) dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S).
Semua jenis androgen dijumpai dalam sirkulasi wanita, kecuali androstenedione, konsentrasi androgen pada wanita lebih sedikit dibanding pada pria. Androstenedione pada wanita berperan sebagai prohormon dan dikonversi dalam jaringan target menjadi testosteron, estron dan estradiol.
Estradiol (E2) adalah estrogen utama yang disekresi ovarium. Estron (E1 ) juga di sekresi oleh ovarium dalam jumlah banyak. Estriol ( E3) tidak dihasilkan oleh ovarium namun diproduksi dari estradiol dan estron di jaringan perifer, dari androgen plasenta ; estriol diperkirakan adalah metabolit kurang aktif dari estrogen.
Kelenjar adrenal merupakan sumber utama steroid seks pada pria dan wanita. Androgen adrenal berperan penting pada wanita pasca menopause.
Progestin dalam sirkulasi yang paling banyak adalah progesteron. Progesteron dihasilkan oleh ovarium,testis, plasenta dan kelenjar adrenal. 17-hidroksiprogesteron dari adrenal dan ovarium adalah jenis yang paling banyak dijumpai dalam sirkulasi.
Jenis androgen lain pada pria adalah : androstenedione, androstenediol, dehidroepiandrosterone (DHEA) dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S).
Semua jenis androgen dijumpai dalam sirkulasi wanita, kecuali androstenedione, konsentrasi androgen pada wanita lebih sedikit dibanding pada pria. Androstenedione pada wanita berperan sebagai prohormon dan dikonversi dalam jaringan target menjadi testosteron, estron dan estradiol.
Estradiol (E2) adalah estrogen utama yang disekresi ovarium. Estron (E1 ) juga di sekresi oleh ovarium dalam jumlah banyak. Estriol ( E3) tidak dihasilkan oleh ovarium namun diproduksi dari estradiol dan estron di jaringan perifer, dari androgen plasenta ; estriol diperkirakan adalah metabolit kurang aktif dari estrogen.
Kelenjar adrenal merupakan sumber utama steroid seks pada pria dan wanita. Androgen adrenal berperan penting pada wanita pasca menopause.
Progestin dalam sirkulasi yang paling banyak adalah progesteron. Progesteron dihasilkan oleh ovarium,testis, plasenta dan kelenjar adrenal. 17-hidroksiprogesteron dari adrenal dan ovarium adalah jenis yang paling banyak dijumpai dalam sirkulasi.
EKSKRESI
STEROID
Ekskresi
Steroid terjadi melalui urine
dan empedu. Sebelum di
eleminasi, terjadi konjugasi sebagai sulfat atau glukoronida. Beberapa jenis
konjugat dalam bentuk seperti DHEA-S di sekresi secara aktif.
Hormon yang di konjugasi tersebut berperan sebagai prekursor terhadap metabolit hormon aktif pada jaringan target yang memiliki enzim untuk melakukan hidrolisis ikatan ester yang terlibat dalam konjugasi.
Hormon yang di konjugasi tersebut berperan sebagai prekursor terhadap metabolit hormon aktif pada jaringan target yang memiliki enzim untuk melakukan hidrolisis ikatan ester yang terlibat dalam konjugasi.
3)
Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam hormon yang memiliki
fungsi masing-masing. Semua hormon harus dalam porsi seimbang agar tidak
menimbulkan efek buruk bagi tubuh.
Seperti dilansir dari Ehow, NLM, medicinenet, dan netdoctor,
Senin (19/4/2010), dari ratusan hormon yang ada berikut 10 macam hormon
terpenting dalam tubuh manusia, yaitu:
1. Melatonin
Hormon ini diproduksi di kelenjar
pineal dan berfungsi sebagai antioksidan dan mengontrol tidur. Meskipun hormon
ini diproduksi secara alami oleh tubuh, tapi kelebihan maupun kekurangan hormon
dapat berakibat buruk bagi tubuh.
Kelebihan hormon melatonin dapat
menyebabkan lesu, gangguan hati, gangguan mata, kelelahan, disorientasi,
pikiran dan perilaku psikotik, kebingungan, mengantuk, gangguan berbicara, gemetar,
sakit kepala dan pusing.
Sedangkan defisiensi atau kekurangan
hormon melatonin akan menyebabkan kesulitan tidur atau insomnia, tidur tidak
nyenyak, pembesaran prostat, depresi, kelelahan, siklus haid tidak teratur,
gelisah, sindrom premenstruasi (PMS), katarak, kolesterol tinggi, tekanan darah
tinggi, gangguan irama jantung (aritmia).
2. Serotonin
Hormon serotonin diproduksi di
saluran pencernaan. Hormon ini berfungsi mengontrol mood atau suasana hati,
nafsu makan dan tidur.
Kelebihan hormon serotonin bisa
menyebabkan kegelisahan, kebingungan, peningkatan denyut jantung, pupil
melebar, kehilangan koordinasi otot, berkeringat, diare, sakit kepala,
menggigil, mual, muntah, kejang, demam tinggi, detak jantung tak teratur,
gerakan tidak terkendali dan hilangnya kesadaran.
Kekurangan hormon serotonin dapat
menyebabkan kecemasan, tertekan, fobia, pesimistis, gelisah, tidak percaya
diri, mudah marah, gangguan tidur, PMS, sakit kepala dan sakit punggung.
3. Tiroid
3. Tiroid
Hormon tiroid diproduksi di kelenjar
tiroid. Hormon ini berfungsi untuk peningkatan tingkat metabolisme basal dan
mempengaruhi sintesis protein.
Kelebihan hormon tiroid dapat
menyebabkan diare, denyut jantung tidak teratur, sakit kepala, menggigil,
gugup, kejang perut, demam, sakit dada, atau kesulitan tidur.
Sedangkan kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan lelah, lesu, sembelit, nyeri sendi dan otot, ramput atau kuku tipis dan rapuh, kurang dorongan seksual, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, detak jantung lambat, gangguan konsentrasi dan memori. Bahkan beberapa dapat menyebabkan depresi dan gangguan jiwa lainnya.
Sedangkan kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan lelah, lesu, sembelit, nyeri sendi dan otot, ramput atau kuku tipis dan rapuh, kurang dorongan seksual, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, detak jantung lambat, gangguan konsentrasi dan memori. Bahkan beberapa dapat menyebabkan depresi dan gangguan jiwa lainnya.
4. Adrenalin
Hormon adrenalin diproduksi di
medula adrenal. Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan pasokan oksigen dan
glukosa ke otak dan otot (dengan meningkatkan denyut jantung), meningkatkan
katalisis dari glikogen dalam hati, kerusakan lipid dalam sel lemak, serta
menekan sistem kekebalan.
Kekurangan hormon adrenalin dapat
menyebabkan pening, pusing, kelelahan, penurunan berat badan. Beberapa
mengalami gangguan usus, peningkatan pigmentasi kulit, depresi, nyeri otot dan
sakit pinggang akut.
5. Dopamin
Hormon ini diproduksi di ginjal dan
hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan denyut jantung dan tekanan
darah, menghambat pelepasan prolaktin dan TRH dari hipofisis anterior.
Kelebihan dopamin dapat menyebabkan
mual, muntah, sakit kepala, detak jantung tidak teratur, sakit dada, kesulitan
bernapas, perubahan jumlah urin, perubahan warna kulit, sakit di kaki dan
lengan.
Kekurangan hormon dopamin dapat
menyebabkan tertekan, motivasi rendah, kesulitan memberikan perhatian dan
berkonsentrasi, berpikir lambat, rendah libido dan impotensi, mudah lelah,
berat badan cepat naik, dan mengalami gangguan tidur.
6. Gastrin
Hormon ini diproduksi di duodenum
(usus 12 jari), yang befungsi untuk sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Kelebihan gastrin dapat menyebabkan
penyakit gastrinoma yaitu tumor jinak.
7. Hormon pertumbuhan (HGH)
Hormon ini diproduksi di pituitari
anterior, dan berfungsi merangsang pertumbuhan dan reproduksi sel, melepaskan
faktor pertumbuhan 1 mirip insulin dari hati.
Kelebihan hormon pertumbuhan dapat
menyebabkan tumor hipofisis yang jinak dan tumbuh secara perlahan. Juga dapat
menyebabkan sakit kepala, gangguan penglihatan, tekanan saraf optik, kelebihan
tulang rahang, jari tangan dan kaki, kelemahan otot, resistensiKinsulin. Bahkan
dapat menyebabkan diabetes tipe 2 dan berkurangnya fungsi seksual.
Kekurangan hormon ini pada anak-anak
dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan tubuh pendek dan tertundanya
kematangan seksual. Sedangkan pada orang dewasa kekurangan hormon pertumbuhan
jarang terjadi, tapi dalam beberapa kasus dapat menyebabkan obesitas, penurunan
massa otot dan pengurangan energi dan kualitas hidup.
8. Insulin
Hormon ini diproduksi di pankreas
dan berfungsi untuk pengambilan glukosa, glikogenesis dan glikolisis di hati
dan otot dari darah.
Kelebihan insulin dapat menyebabkan
kadar gula darah sangat rendah, detak jantung tidak teratur, berkeringat,
gemetaran, mual, kelaparan berat dan kecemasan. Kadang-kadang juga menyebabkan
hipoglikemia (gula darah rendah).
Kekurangan insulin dapat menyebabkan
hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang dapat mengakibatkan penyakit
diabetes mellitus.
9. Testosteron
Hormon ini diproduksi di testis dan
berfungsi sebagai hormon seks pria. Hormon ini merangsang pematangan
organ-organ seks pria, skrotum, pertumbuhan jenggot, pertumbuhan massa otot dan
kekuatan, dan peningkatan kepadatan tulang.
Kelebihan hormon ini dapat menyebabkan peningkatan libido berlebihan dan mudah marah. Kekurangan testosteron dapat menyebabkan penyakit atau kerusakan pada hipotalamus (kelenjar di bawah otak) atau testis yang menghambat sekresi hormon dan produksi testosteron (hipogonadisme).
Kelebihan hormon ini dapat menyebabkan peningkatan libido berlebihan dan mudah marah. Kekurangan testosteron dapat menyebabkan penyakit atau kerusakan pada hipotalamus (kelenjar di bawah otak) atau testis yang menghambat sekresi hormon dan produksi testosteron (hipogonadisme).
Kekurangan testoreton juga dapat
membuat kerutan di wajah, kehilangan otot tubuh, pinggang menggendut, kelelahan
yang kronis, penurunan libido, disfungsi ereksi dan kesulitan mencapai orgasme
ini bisa terjadi pada pria juga wanita.
10. Progesteron
Hormon ini diproduksi di ovarium,
kelenjar adrenal dan plasenta (saat hamil). Hormon progesteron berfungsi
menaikkan faktor pertumbuhan epidermal, meningkatkan temperatur inti selama
ovulasi, mengurangi kejang dan rileks otot polos (memperluas saluran pernapasan
dan mengatur lendir), anti-inflamasi, mengurangi kandung empedu kegiatan,
normalisasi darah dan pembekuan pembuluh darah.
Hormon progesteron juga membantu
fungsi tiroid dan pertumbuhan tulang dengan osteoblast Relsilience di tulang,
gigi, gusi, sendi, tendon, ligamen dan kulit. Penyembuhan dengan mengatur
fungsi kolagen saraf dan penyembuhan dengan mengatur mielin, serta mencegah
kanker endometrium dengan mengatur efek estrogen.
Kekurangan progesteron bisa membuat
kecemasan, susah tidur, susah beristirahat, panik, gelisah, kekurangan cairan
dan payudara membengkak.
4)
Macam-macam
steroid :
ü KOLESTEROL : Hampir terdapat pada
semua sel tubuh misal jaringan syaraf, konstituen utama membran &
lipoprotein plasma. Terdapat pada lemak binatang, Tidak terdapat pada tumbuhan,
Prekursor senyawa steroid lain.
ü ERGOSTEROL : terdapat pada tumbuhan dan
ragi, Prekursor vitamin D.
ü KOPROSEROL/KOPROSTANOL : Terdapat
dalam feses : reduksi ikatan rangkap pada kolesterol antara C5 dan C6 oleh
bakteri usus.
ü STEROL & STEROID LAIN : Asam
empedu, hormon adrenokortex, hormon sex, vitamin D,glikosida jantung,
sitosterol, alkaloid.
ü PEROKSIDA LIPID: Lipid terekspose O2
> proses ransiditas makanan & proses kerusakan jaringan in vivo >
penyebab kanker, inflamasi, aterosklerosis, proses ketuaan. Reaksi berantai
> memberikan radikal bebas > peroksida > kerusakan jaringan, sehingga
perlu antioksidan (alamiah dalam tubuh = vitamin E, vitamin C, asam urat,
b-karoten)
v Steroid
seks semula jadi dibuat oleh:
·
kelenjar adrenal;
atau
Jenis
Dalam banyak konteks, dua kelas utama steroid seks
ialah androgen dan estrogen, dengan terbitan
manusia yang paling penting masing-masing merupakan testosteron
dan estradiol. Konteks yang
lain termasuk progestagen sebagai
kelas ketiga steroid seks yang berbeza daripada androgen dan estrogen.
Progesteron ialah progestagen yang paling penting serta progestagen tunggal
yang wujud secara semula jadi. Umumnya, androgen dianggap sebagai "hormon
seks lelaki" kerana mereka mempunyai kesan pemaskulinan, manakala estrogen
dan progestagen dianggap "hormon seks perempuan",[5]
sungguhpun semua jenis wujud dalam setiap jantina, walau
pada tahap yang berbeza.
v Steroid seks
termasuk:
a.
Estrogen (atau oestrogen)
Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh
pria maupun wanita, kandungannya jauh
lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini menyebabkan perkembangan
dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid. Pada saat menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan
beberapa efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang berlebihan.
Tiga jenis
estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita adalah estradiol, estriol, dan estron.
·
Estradiol
Sejak menarche sampai menopause, estrogen utama adalah 17β-estradiol. Di dalam tubuh, ketiga jenis
estrogen tersebut dibuat dari androgen dengan bantuan enzim. Estradiol dibuat dari testosteron.
·
Estriol
Estriol
merupakan estrogen pada manusia yang relatif lemah,merupakan produk metabolik
estradiol dan estron yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada urine,
khususnya selama kehamilan.
·
Estron
Estron
dibuat dari androstenadion. Estron bersifat lebih lemah
daripada estradiol, dan pada wanita pascamenopause estron ditemukan lebih
banyak daripada estradiol. Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan
memiliki aktivitas bersifat mirip estrogen.
Zat buatan yang bersifat seperti
estrogen disebut xenoestrogen, sedangkan bahan alami dari tumbuhan yang
memiliki aktivitas seperti estrogen disebut fitoestrogen. Estrogen
digunakan sebagai bahan pil kontrasepsi dan juga terapi bagi wanita menopause.
Terpapar hormon estrogen berlebihan
dan kumulatif, dianggap dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara, dan kanker endometrium. Mekanisme klasik estrogen akan
berpengaruh terhadap laju lintasan mitosis dan apoptosis dan mengejawantah menjadi risiko kanker payudara dengan
memengaruhi pertumbuhan jaringan epitelial. Laju proliferasi sel yang sangat cepat akan membuat sel menjadi rentan terhadap
kesalahan genetika pada proses replikasi DNA oleh senyawa spesi oksigen
reaktif
yang teraktivasi oleh metabolit estrogen. Walaupun demikian, fitoestrogen dapat menurunkan
risiko tersebut dengan kapasitasnya berkompetisi dengan estrogen pada
pencerapnya, sehingga menstimulasi produksi globulin pengusung hormon seks dan
menghambat aktvitas enzim pada lintasa sintesis estrogen.
Ketika mengalami katabolisme, estrogen akan membentuk berbagai senyawa intermediat yang disebut estrogen-katekol melalui 2 lintasan 2-hydroxylation dengan enzim
CYP1A1 dan 4-hydroxylation dengan
enzim CYP1B1, untuk dieliminasi dengan berbagai
proses seperti metilasi dengan enzim catechol-o-methyltransferase, hidroksilasi, oksidasi, detoksifikasi, sulfinasi dengan enzim sulfotransferase, dan glusuronidasi dengan enzim UGT. Pada umumnya senyawa
estrogen-katekol mempunyai waktu paruh yang pendek karena segera termetilasi menjadi 2-methoxyestradiol
dan 4-methoxyestradiol. Senyawa estrogen-katekol dapat bersifat tumorigenik atau anti-tumorigenik, misalnya 4-hydroxyestradiol memiliki sifat hormonal dengan mengaktivasi pencerap
estrogen, dan menginduksi adenokarsinoma pada endometrium. Sedangkan 2-methyoxyestradiol memiliki aktivitas antitumorigenik
dengan menghambat proliferasi dan angiogenesis pada sel tumor.
b.
Progestagen
Dua
jenis progestagen antara lain yaitu:
Hormon progestagen utama yang dilepaskan oleh korpus
luteum, korteks adrenal, dan plasenta. Hormon ini berfungsi mempersiapkan
uterus untuk menerima dan mengembangkan sel telur yang telah dibuahi melelui
induksi transformasi endometrium dari stadium proliferatif menjadi stadium
sekretorik. Progesteron dipakai sebagai progestin dalam pengobatan perdarahan
uterin fungsional, abnormalitas siklus haid dan abortus iminens.
Awalnya, hormon karsa korpora lucca; sejak diisolasi
dalam bentuk murninya, hormon ini kini dikenal dengan nama progestron. Agen
progestasional alami atau sintetik tertentu disebut progestin.
c.
Androgen
Beberapa substansi, misalnya testosteron, yang
memacu maskulinisasi. Steroid karbon disintesis oleh korteks adrenal yang
berfungsi sebagai steroid lemah atau prekurson steroid; misalnya
dehidroepiandrosteron.
Empat jenis Androgen dalam tubuh manusia, yaitu
testosteron, androstenedion, dihidrotestosteron,
dan dehidroepiandrosteron.
Hormon
androgenik utama yang dihasilkan oleh sel interstisial (Leydig) testis sebagai
respons terhadap rangsangan luteinizing
hormone kelenjar hipofisis anterior; diduga bertanggung jawab atas regulasi
sekresi gonadotropik, spermatogenesis, dan deferensiasi duktus wolffian. Juga
bertanggung jawab atas karakteristik pria setelah konfersinya menjadi
dihidrotestosteron. Disamping itu, testosteron memiliki khasiat anabolik protein
digunakan pada pengonbatan hipogonadisme, kriptorkiasme, dan gejala
klimakterium pria, serta untuk terapi paliatif kanker payudara.
Androgen,
dilibatkan dalam pengaturan sekresi gonadotropin, metabolit
dihidroksites-tosteron yang terbentuk dalam jaringan perifer, digunaka untuk
menentukan aktifitas androgen perifer.
Hormon
androgenik yang terbentuk di jaringan perifer melalui kerja enzim 5
alfa-reductase pada testosteron; dianggap merupakan androgen yang bertanggung
jawab terhadap virilisasi somatik selama embriogenesis, untuk perkembangan
sifat kelelakian sekunder pada masa pubertas dan untuk fungsi seksual lelaki
dewasa.
Androgen,
C19H28O2, ditemukan pada air seni orang normal dan disintesis dari kolesterol;
disingkat DHA
5)
Macam-macam kelenjar
endokrin antara lain:
1. Kelenjar Hipofisis (Kelenjar Pituitari)
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar endokrin yang terbesar. Kelenjar ini disebut master of gland karena mempengaruhi aktivitas kelenjar yang lain.
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar endokrin yang terbesar. Kelenjar ini disebut master of gland karena mempengaruhi aktivitas kelenjar yang lain.
Kelainan hormon ini ada 2 macam
yaitu hipersekresi misalnya gigantisme dan hiposekresi misalnya kekerdilan
(kretinisme). Hipersekresi pada orang dewasa menyebabkan terjadinya akromegali
yaitu tulang bengkak ke samping.
Hipofisis
terbagi menjadi tiga lobus, masing-masing lobus mengeluarkan beberapa hormon
yang berlainan.
Untuk lebih jelasnya, pelajarilah Tabel 9.4
berikut.
Tabel 9.4 Jenis-Jenis Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Hipofisis
Tabel 9.4 Jenis-Jenis Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Hipofisis
Lobus
Kelenjar Hipofisis
|
Hormon
|
Fungsi
|
a. Lobus
anterior
|
• Tiroksin
(TSH)
|
• Merangsang
kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin
|
•
Adenokortikotropin (ACTH)
|
•
Merangsang korteks adrenal untuk memproduksi kortikosteroid
|
|
• Follicle
Stimulating Hormone (FSH)
|
• Memacu
perkembangan tubulus seminiferus dan spermatogenesis.
|
|
•
Luteinizing Hormone (LH)
|
•
Menstimulasi estrogen
|
|
•
Interstitial Cell Stimulating
|
•
Menstimulasi testis untuk berkembang dan
|
|
Hormone
(ICSH)
|
menghasilkan
testosteron
|
|
•
Prolaktin (TH)/Laktogen
|
•
Menstimulasi sekresi air susu oleh kelenjar susu
|
|
b.
Intermedia
|
•
Somatotrof (STH)
|
•
Merangsang pertumbuhan tulang
|
•
Melanosit stimulating
|
• Mengatur
penyuburan pigmen pada sel-sel
|
|
hormone
(MSH)
|
melanofor
kulit sehingga mempengaruhi perubahan warna kulit
|
|
c.
Posterior
|
•
Oksitosin
|
• Membantu
merangsang kontraksi otot pada uterus
|
•
Vasopresin/antidiuretik hormone
|
• Mencegah
kadar air dalam tubuh sehingga men-
|
|
(ADH)
|
cegah
pembentukan urine dalam jumlah banyak
|
2. Kelenjar
Tiroid (Kelenjar Gondok)
Keistimewaan
kelenjar tiroid dibanding kelenjar endokrin yang lain yaitu kaya pembuluh
darah. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroksin, triidotironin, dan
kalsitonin. Untuk mengetahui peran ketiga hormon tersebut, perhatikan Tabel 9.5
berikut ini.
Tabel 9.5
Jenis-Jenis Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Tiroid
Kelenjar
|
Hormon
|
Berperan
dalam
|
Tiroid
|
• Tiroksin
|
• Proses
metabolisme
|
•
Pertumbuhan fisik
|
||
•
Perkembangan mental
|
||
•
Kematangan seks
|
||
• Mengubah
glikogen menjadi gula
|
||
dalam hati
|
||
•
Triidotironin
|
•
Distribusi air dan garam dalam
|
|
tubuh
(sama dengan peran
|
||
hormon
tiroksin)
|
||
•
Kalsitonin
|
• Menjaga
keseimbangan kalsium
|
|
dalam
darah
|
Hiposekresi
kelenjar tiroid mengakibatkan gejala kemunduran pada fisik (kretinisme) dan
mental terutama pada masa anak-anak. Hiposekresi kelenjar tiroid pada orang
dewasa mengakibatkan miksodema dengan ciri-ciri kegemukan (obesitas) dan
kecerdasan menurun. Sebaliknya, jika terjadi hipersekresi kelenjar ini dapat
mengakibatkan hiperaktif, tetapi badan kurus (morbus basedowi) dengan
tanda-tanda gugup, nadi dan napas cepat serta tidak teratur, mulut ternganga,
mata lebar (eksoftalmus), meningkatnya metabolisme dan emosional.
3. Kelenjar
Paratiroid (Kelenjar Anak Gondok)
Kelenjar ini
berperan dalam mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar ini adalah parathormon yang berfungsi mengendalikan kadar kalsium
dalam darah.
Pelajari dengan saksama Gambar 9.10 di bawah untuk mengetahui dengan jelas peranan kelenjar paratiroid dalam mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Coba diskusikan dengan teman sebangku Anda.
Hiposekresi
kelenjar ini mengakibatkan kadar kalsium dalam darah menurun dan mengakibatkan
kejang-kejang otot (tetani). Sebaliknya, hipersekresi kelenjar ini
mengakibatkan kadar kalsium dalam darah meningkat sehingga menyebabkan kelainan
pada tulang seperti rapuh, abnormal, dan mudah patah. Kelebihan kalsium darah
mengakibatkan terjadi endapan dalam ginjal atau menderita batu ginjal.
4. Kelenjar Adrenal (Kelenjar Anak Ginjal)
Kelenjar ini
terdiri atas dua bagian, yaitu bagian kulit (korteks) dan bagian dalam
(medula). Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini beserta fungsinya dapat
dilihat dalam Tabel 9.6 berikut.
Tabel 9.6
Jenis Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Adrenal
Bagian
Kelenjar Adrenal
|
Hormon
|
Fungsi
|
• Korteks
|
• Korteks
mineral
|
• Menyerap
natrium darah
|
• Mengatur
reabsorpsi air pada ginjal
|
||
•
Glukokortikoid
|
•
Menaikkan kadar glukosa darah
|
|
•
Pengubahan protein menjadi glikogen di hati
|
||
• Mengubah
glikogen menjadi glukosa
|
||
• Androgen
|
•
Membentuk sifat kelamin sekunder pria
|
|
• Medula
|
• Adrenalin/epineprin
|
• Mengubah
glikogen dalam otot menjadi glukosa (dalam darah)
|
Kelainan hipersekresi kelenjar
adrenal pada wanita mengakibatkan virilisme, yaitu timbulnya ciri-ciri kelamin
sekunder pada pria dan wanita. Sebaliknya, sekresi yang rendah atau hipofungsi
kelenjar adrenal menimbulkan penyakit addison. Penyakit ini ditandai dengan
kulit menjadi merah dan selalu mengakibatkan kematian.
5. Kelenjar Pankreas (Kelenjar Langerhans)
Pada pankreas tersebar kelompok kecil sel-sel yang kaya pembuluh darah, disebut pulau Langerhan. Hormon yang dihasilkan pankreas beserta fungsinya dijelaskan dalam Tabel 9.7 berikut.
Tabel 9.7 Jenis-Jenis Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Pankreas
5. Kelenjar Pankreas (Kelenjar Langerhans)
Pada pankreas tersebar kelompok kecil sel-sel yang kaya pembuluh darah, disebut pulau Langerhan. Hormon yang dihasilkan pankreas beserta fungsinya dijelaskan dalam Tabel 9.7 berikut.
Tabel 9.7 Jenis-Jenis Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Pankreas
Kelenjar
|
Hormon
|
Fungsi
|
Efek
|
Pankreas
|
•Insulin
•Glukogen
|
• Mengubah gula darah
(glukosa) menjadi gula otot (glikogen) di hati
• Mengubah glikogen menjadi
glukosa
|
•Menurunkan
kadar gula darah
•Meningkatkan
kadar gula darah
|
Hiposekresi hormon insulin mengakibatkan sakit kencing manis (diabetes mellitus), yaitu meningkatnya kadar gula darah.
6. Kelenjar Gonad
Kelenjar ini dibedakan menjadi kelenjar gonad pada wanita dan kelenjar gonad pada pria. Hormon yang dihasilkan kelenjar ini dapat dilihat dalam Tabel 9.8 berikut.
Tabel 9.8 Jenis Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Gonad pada Wanita dan Pria
Kelenjar ini dibedakan menjadi kelenjar gonad pada wanita dan kelenjar gonad pada pria. Hormon yang dihasilkan kelenjar ini dapat dilihat dalam Tabel 9.8 berikut.
Tabel 9.8 Jenis Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Gonad pada Wanita dan Pria
Kelenjar
Gonad
|
Hormon
|
Berperan
Dalam
|
1)
Ovarium pada wanita
2) Testis
pada pria
|
•Estrogen
•Progesteron
•Testosteron
|
• Menentukan ciri pertumbuhan
kelamin sekunder
•
Penebalan
dan perbaikan dinding uterus
•
Menentukan
ciri pertumbuhan kelamin sekunder
|
Hiposekresi kelenjar gonad pada wanita mengakibatkan gangguan pada menstruasi dan timbulnya tumor.
7. Kelenjar Timus
Kelenjar timus berfungsi untuk membentuk hormon thymosin yang berperan dalam sistem imun (kekebalan).
Anda telah mempelajari sistem hormon yang disekresi oleh kelenjar endokrin. Sistem hormon akan bekerja sama dengan sistem saraf membentuk sistem koordinasi. Lalu, bagaimana hubungan antara sistem saraf dan hormon?
Apabila Anda sedang menyeberang jalan dan tiba-tiba ada sebuah mobil yang menuju ke arah Anda, apa yang Anda lakukan? Mungkin Anda berlari secepatnya untuk menghindar. Bahkan mungkin Anda dapat melompati selokan yang lebar itu.
Padahal dalam keadaan normal, Anda tidak mungkin dapat berlari sekencang saat Anda menghindar dari kecelakaan tersebut, apalagi untuk melompati selokan. Mengapa hal itu dapat terjadi?
Kemampuan yang muncul secara spontan dan menghasilkan energi yang luar biasa pada seseorang dapat disebabkan oleh rasa takut terhadap sesuatu. Rasa takut dapat meningkatkan pengeluaran hormon adrenalin, sehingga akan dihasilkan energi yang besar. Namun, hormon ini dapat bekerja setelah ada stimulus dari saraf. Keputusan untuk lari dipengaruhi oleh pertimbangan secara sadar (saraf sadar) bahwa keadaan sedang berbahaya.
Sistem saraf dan sistem endokrin merupakan dua bagian yang tidak terpisahkan. Bukan saja karena sistem endokrin ada di bawah pengaruh sistem saraf, tetapi juga banyak sel saraf yang mengkhususkan diri dalam sekresi atau menyimpan neurohormon yang berperan mengaktifkan beberapa sel efektor.